Jaha: Wangi Pulut Bakar Khas Sulawesi Tengah yang Menggoda Selera! 🍚🔥
"Menyelami Rasa, Menjelajahi Nusantara" Indonesia tak hanya kaya budaya dan alam, tapi juga menyimpan kekayaan rasa dari Sabang hingga Merauke. Setiap daerah punya cita rasa unik yang sarat makna dan tradisi. Melalui blog ini, kita akan menjelajah kuliner Nusantara—dari sajian legendaris hingga masakan rumahan yang memikat. Bersiaplah untuk petualangan rasa yang membawa kita pulang ke akar Indonesia.
Gudeg merupakan makanan tradisional khas Yogyakarta yang sarat akan makna budaya dan sejarah. Makanan ini berbahan dasar nangka muda (gori) yang dimasak dalam waktu lama bersama santan dan gula merah, menghasilkan warna cokelat kemerahan serta rasa manis yang khas.
Asal-usul gudeg diperkirakan berasal dari masa Kerajaan Mataram Islam pada abad ke-16. Kata “gudeg” diyakini berasal dari kata dalam bahasa Jawa “hangudeg” yang berarti mengaduk, merujuk pada proses mengaduk lama saat memasaknya. Dalam masa kerajaan, gudeg awalnya disiapkan sebagai makanan rakyat karena bahan-bahannya mudah ditemukan dan murah. Namun, karena rasanya yang khas dan daya tahan lama, makanan ini akhirnya juga masuk ke dapur keraton.
Gudeg juga menjadi simbol kelembutan dan kesabaran dalam budaya Jawa. Proses pembuatannya memerlukan ketelatenan dan waktu panjang, mencerminkan nilai-nilai kesabaran yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Jawa.
Gudeg Basah
Kuah arehnya melimpah, biasanya lebih gurih karena santan kental yang digunakan.
Gudeg Kering
Lebih tahan lama, warnanya lebih cokelat tua, dan disajikan dengan areh (santan kental) yang lebih sedikit.
Gudeg Solo
Versi gudeg dari Solo cenderung lebih gurih dibanding gudeg Yogyakarta yang manis.
Gudeg biasanya disajikan bersama:
Nasi putih
Telur pindang
Ayam kampung berbumbu
Krecek (kulit sapi dimasak dengan sambal)
Tahu atau tempe bacem
Areh (saus santan kental di bagian atas)
Perpaduan manis, gurih, dan pedas dari krecek menjadi daya tarik utama yang membuat makanan ini begitu ikonik.
Gudeg Yu Djum
Lokasi: Jl. Wijilan No.167, Yogyakarta
Keunggulan: Legendaris sejak 1950-an, sangat terkenal di kalangan wisatawan lokal dan mancanegara.
Gudeg Pawon
Lokasi: Jl. Janturan UH/IV No.36, Yogyakarta
Keunikan: Pembeli mengambil sendiri gudeg langsung dari pawon (dapur) tradisional dengan tungku kayu.
Gudeg Bu Tjitro 1925
Lokasi: Jl. Janti No.330, Yogyakarta
Fitur: Sudah mengekspor gudeg kalengan, cocok untuk oleh-oleh.
1 kg nangka muda (dipotong kecil, cuci bersih)
1 liter santan kental
2 lembar daun salam
5 lembar daun jati (untuk pewarna alami, opsional)
2 batang serai (memarkan)
5 butir telur rebus
8 siung bawang merah
5 siung bawang putih
3 butir kemiri sangrai
2 sdm ketumbar bubuk
2 sdm gula merah (sisir halus)
Garam secukupnya
Rebus nangka muda bersama daun jati agar berwarna cokelat kemerahan (jika tidak ada, bisa dilewatkan).
Tumis bumbu halus, tambahkan daun salam dan serai hingga harum.
Campurkan nangka rebus dengan bumbu tumis dalam panci besar.
Masukkan telur rebus yang sudah dikupas.
Tuangkan santan, aduk rata, dan masak dengan api kecil selama 3–5 jam hingga santan meresap dan gudeg berwarna cokelat tua.
Sesekali aduk perlahan agar tidak gosong.
Rebus santan kental dengan sedikit garam hingga mengental dan berminyak.
saya abis dari Gudeg Yu Djum dan sangat enak makan disana
BalasHapusmemang paten ini, patut untuk dicoba
BalasHapusmemang ini wajib di coba soalnya pak presiden juga suka makan disana
BalasHapuskeren nih
BalasHapusrekomendasi tempatnya gak ada yang salah, ternyata enak enak semuaa
BalasHapusMANTAPP
informatif bgt bagus
BalasHapusmantapssss
BalasHapusenak banget ini pasti sukses
BalasHapus